Jika kamu sedang berkecimpung di dunia logistik, konstruksi, atau usaha pengiriman barang, pasti pernah mendengar istilah truk CDE dan CDD. Keduanya sering digunakan untuk keperluan distribusi barang, namun masih banyak orang yang belum memahami secara jelas perbedaan antara keduanya.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan secara lengkap pengertian truk CDE dan CDD, perbedaannya, serta fungsi masing-masing. Dengan begitu, kamu bisa memilih jenis truk yang paling sesuai dengan kebutuhan usaha atau proyekmu.

Apa Itu Truk CDE?

CDE adalah singkatan dari Colt Diesel Engkel, yaitu jenis truk ringan yang hanya memiliki satu gardan belakang atau sering disebut sumbu tunggal. Truk ini termasuk dalam kategori kendaraan niaga ringan dan sangat populer digunakan untuk pengiriman barang skala kecil hingga menengah, terutama di wilayah perkotaan.

Ciri-ciri Truk CDE:

• Memiliki 2 sumbu (1 di depan dan 1 di belakang).

• Kapasitas muatan sekitar 2–3 ton.

• Ukuran bodi lebih kecil dibanding truk CDD.

• Lincah dan mudah bermanuver di jalanan sempit.

Truk CDE banyak digunakan oleh pelaku UMKM, jasa ekspedisi lokal, serta pengusaha toko bahan bangunan skala kecil. Karena ukurannya yang kompak, truk ini juga lebih irit bahan bakar dan biaya operasionalnya pun lebih rendah.

Apa Itu Truk CDD?

Sementara itu, CDD adalah singkatan dari Colt Diesel Double, yakni truk yang memiliki dua gardan atau sumbu ganda di bagian belakang. Truk ini lebih besar dan memiliki kapasitas angkut yang lebih banyak dibanding CDE, sehingga cocok untuk pengiriman barang dalam jumlah besar atau berat.

Ciri-ciri Truk CDD:

• Memiliki 3 sumbu (1 di depan dan 2 di belakang).

• Kapasitas muatan bisa mencapai 4–6 ton, tergantung jenisnya.

• Ukuran bodi lebih panjang dan lebar.

• Cocok untuk rute antar kota atau antar provinsi.

Karena daya angkutnya lebih besar, truk CDD biasanya digunakan oleh perusahaan logistik besar, proyek konstruksi, hingga pabrik-pabrik yang membutuhkan pengiriman barang secara massal.

Fungsi Truk CDE dan CDD

Truk CDE

Truk CDE ideal digunakan untuk pengiriman barang dalam kota. Karena ukurannya kecil dan gesit, truk ini bisa dengan mudah menjangkau daerah padat penduduk atau jalan sempit, seperti perumahan, pasar, dan toko-toko kecil.

Contoh penggunaan:

• Jasa ekspedisi dalam kota

• Pengiriman barang e-commerce

• Distribusi produk ritel

• Angkutan bahan bangunan ringan

Truk CDD

Berbeda dengan CDE, truk CDD lebih cocok untuk pengiriman jarak jauh dan barang dalam jumlah besar. Kapasitasnya yang lebih besar memungkinkan perusahaan untuk mengangkut lebih banyak barang sekaligus, sehingga efisien dari segi waktu dan biaya per pengiriman.

Contoh penggunaan:

• Distribusi barang antar kota

• Pengangkutan bahan industri

• Proyek pembangunan (semen, besi, material berat)

• Angkutan hasil panen dalam jumlah besar

Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu?

Pemilihan antara truk CDE dan CDD tergantung pada jenis usaha atau kebutuhan logistik kamu. Kalau kamu baru merintis usaha distribusi atau bergerak di bidang pengiriman lokal, truk CDE sudah sangat memadai dan efisien.

Namun, jika kamu mengelola pengiriman dalam skala besar atau proyek dengan kebutuhan logistik berat, maka truk CDD akan memberikan performa yang lebih optimal.

Truk CDE dan CDD sama-sama memiliki peran penting dalam dunia logistik dan distribusi di Indonesia. Perbedaan utamanya terletak pada kapasitas muatan, jumlah gardan, ukuran bodi, dan penggunaannya di lapangan. Kami harap penjelasan di atas bisa membantu kamu dalam menentukan jenis truk yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Kalau kamu sedang mencari kendaraan niaga untuk mendukung bisnis, pastikan kamu mempertimbangkan faktor kapasitas, efisiensi bahan bakar, dan rute distribusi yang kamu jalani. Dengan memilih kendaraan yang tepat, operasional usahamu bisa berjalan lebih lancar dan hemat biaya.

Jika kamu butuh bantuan lebih lanjut soal jenis truk atau rekomendasi pembelian unit baru atau bekas, jangan ragu untuk hubungi kami. Kami siap membantu!